Wednesday, May 25, 2011

Pembelajaran Model Quantum Teaching disertai Metode Eksperimen dan Diskusi Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa


Model Pembelajaran Quantum Teaching
            Quantum Teaching adalah pendekatan proses belajar yang dapat memunculkan kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam membangun proses pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran Quantum Teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan diri dan proses penyadaran akan potensi yang dimiliki.
             asas utama Quantum Teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Inilah asas utama yang merupakan dasar model Quantum Teaching. Hal ini dapat diartikan bahwa kita diingatkan tentang pentingnya memasuki dunia murid dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, kita dapat membawa mereka kedalam dunia kita dan memberikan mereka pemahaman kita mengenai isi dunia itu
            Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model belajar yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang menyenangkan dapat mengembangkan secara cepat potensi siswa karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa.
            Belajar perlu lingkungan yang menunjang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif . Hal ini perlu diperhatikan untuk membantu siswa agar responsif dan bergairah dalam proses belajar mengajar. Pengubahan lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lingkungan pembelajaran yang mendukung dapat membuat siswa lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menata lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran, antara lain : menata lingkungan sekeliling, menggunakan alat bantu, mengatur bangku, menghadirkan tumbuhan, aroma dan hewan kesayangan, serta menghadirkan musik . Namun, dengan adanya beberapa pertimbangan, maka unsur hewan kesayangan tidak digunakan  dalam penelitian ini. Berikut adalah penjelasan dari setiap hal tersebut.
a.      Lingkungan sekeliling
Lingkungan sekeliling di dalam kelas mempengaruhi belajar siswa. lingkungan sekeliling dapat membantu meningkatkan konsentrasi siswa dan juga dapat menghambat siswa dalam belajar. Menurut Porter model pembelajaran Quantum Teaching memberikan beberapa ide yang dapat digunakan untuk membangun lingkungan belajar yang mempertajam daya ingat dan pemahaman siswa dalam proses belajar mengajar berupa pemasangan poster ikon, poster afirmasi dan penggunaan warna.
Poster ikon menampilkan isi pelajaran  secara visual, berupa gambar yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai saat pelajaran berlangsung. Poster afirmasi digunakan untuk menguatkan motivasi siswa berupa pesan-pesan seperti, ”Aku mampu mempelajarinya” dan ”Aku semakin pintar dengan setiap tantangan baru” Sesuai dengan tujuan penelitian berupa peningkatan motivasi dan hasil belajar fisika, poster ikon yang dipasang adalah gambar tokoh fisika disertai pokok-pokok materi pelajaran yang ingin disampaikan. Poster ikon dipasang di depan kelas diatas pandangan mata sampai unit pelajaran yang disampaikan selesai.
 Untuk lebih memperkuat pengajaran, digunakan warna-warna tertentu dalam penulisan materi pelajaran. Warna hijau, biru, ungu, dan merah untuk kata-kata penting, jingga dan kuning untuk menggaris bawahi, serta hitam dan putih untuk kata-kata penghubung. Warna juga dapat digunakan untuk membuat poster afirmasi agar pesan yang di sampaikan tampak semakin jelas.
b. Alat Bantu
            Alat bantu merupakan benda yang digunakan untuk mewakili suatu gagasan. Alat bantu dapat membantu secara visual dan kinestetik proses pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat-alat percobaan. Siswa yang kinestetik dapat berperan sebagai pelaksana percobaan agar lebih memahami konsep-konsep fisika yang ditemukan melalui percobaan tersebut.
c. Pengaturan Bangku
            Pengaturan bangku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Pengaturan bangku bertujuan untuk memudahkan jenis interaksi yang diperlukan dalam pembelajaran. Penggunaan metode diskusi dan eksperimen  dalam penelitian ini secara otomatis mempengaruhi posisi bangku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk percobaan dan diskusi kelompok, bangku diputar saling berhadapan karena yang ingin dicapai adalah fleksibilitas. Untuk presentasi kelompok, semua bangku diatur membentuk huruf U sehingga siswa fokus menghadap kelompok yang menyampaikan presentasi.
d. Tumbuhan dan Aroma
            Tumbuhan dan aroma dihadirkan untuk memberikan suasana tenang dan segar.  manusia dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka secara kreatif sebanyak 30% saat diberikan aroma tertentu. Aroma mint, kemangi, jeruk, kayu manis, dan rosemary dapat meningkatkan kewaspadaan mental. Untuk memberikan ketenangan dan relaksasi dapat digunakan aroma lavendel, kamomil, jeruk dan mawar.
e. Musik
            Musik dalam pendidikan dapat menata suasana hati, meningkatkan hasil belajar, dan menyoroti hal-hal penting. Musik menciptakan kondisi santai dan menciptakan lingkungan mendukung yang berkesinambungan. Menurut Brown musik membantu siswa lebih mudah menyimpan informasi dan memperoleh nilai tes lebih tinggi. Jadi, penggunaan musik dalam proses pembelajaran dapat membantu menciptakan pembelajaran yang efektif.
            Berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan, yakni rendahnya motivasi dan hasil belajar, maka musik akan dihadirkan dalam proses pembelajaran. Hal ini mengacu pada pendapat  bahwa musik dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan, selain dapat digunakan untuk menata suasana hati.
            Untuk untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, Model pembelajaran Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :
1)      Segalanya berbicara artinya segala dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, rancangan pelajaran semua mengirimkan pesan tentang belajar;
2)      Segalanya bertujuan artinya semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan;
3)      Pengalaman sebelum pemberian nama artinya proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajarinya;
4)      Akui setiap usaha artinya pada saat siswa belajar, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka;
5)      Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan artinya perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan sikap positif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Prinsip-prinsip Quantum Teaching di atas merupakan kerangka rancangan dikenal dengan TANDUR. Di bawah ini adalah tinjauan mengenai TANDUR  dan maknanya :
1)      Tumbuhkan, tumbuhkan minat pada setiap siswa bahwa siswa mempelajari sesuatu yang bermanfaat;
2)      Alami, memberikan pengalaman baru atau hal baru yang nantinya siswa semangat untuk mempelajari;
3)      Namai, memberikan cara atau teknik supaya siswa tidak mengalami hambatan dalam belajar, sediakan kata kunci, strategi, ketrampilan belajar;
4)      Demonstrasikan, berikan kesempatan supaya siswa bisa menunjukkan bahwa mereka tahu dan faham;
5)      Ulangi, agar siswa lebih faham ulangi materi yang telah diajarkan sampai siswa menegaskan pada dirinya sendiri, “aku tahu bahwa aku memang tahu”;
6)      Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan memperoleh ketrampilan dan ilmu pengetahuan.
Kerangka rancangan belajar TANDUR dalam model pembelajaran Quantum Teaching digunakan sebagai cara yang efektif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar serta sebagai landasan guru dalam merancang penyajian pelajaran. Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, membantu merancang dan menyampaikan pengajaran, dan memudahkan proses belajar. Kerangka pembelajaran TANDUR dipakai sebagai sintakmatik Model pembelajaran Quantum Teaching  pada penelitian ini.

Unsur-unsur Model Pembelajaran Quantum Teaching
Menurut Joyce dan Weil setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
a.       Sintakmatik
Tahapan pelaksanaan model Quantum Teaching dalam pembelajaran fisika pada penelitian ini yaitu:
Tahap I : Tumbuhkan
Dalam hal ini poster ikon (simbol) tokoh yang dipasang pada awal pelaksanaan pembelajaran, bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa dan menimbulkan pertanyaan "Apa Manfaatnya Bagiku" (AMBAK) dalam diri siswa.
Tahap II : Alami
Dalam proses pembelajaran, partisipasi aktif siswa sangat diperlukan untuk pemerolehan pengalaman dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner  menyarankan agar siswa berpartisipasi aktif dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan berusaha sendiri mencari pengetahuan serta menemukan sendiri konsep-konsep yang sudah ada.
Berdasarkan pendapat Bruner diatas, maka tahap alami pada model Quantum Teaching yang digunakan pada pembelajaran di kelas VIII  yaitu dengan memberikan pengalaman baru pada siswa dengan cara melakukan percobaan untuk membuktikan suatu konsep. Pengajar juga memberikan masalah atas konsep yang telah diperoleh sebagai bahan diskusi kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Hal ini dapat menciptakan kerjasama antar siswa dan memberikan kebebasan siswa untuk berfikir. Proses percobaan dan diskusi kelompok diiringi musik instrumental untuk merangsang semangat, meningkatkan fokus dan membantu membina hubungan antara guru dengan siswa atau antar sesama siswa.
Tahap III : Namai
Pengajar menyediakan konsep, rumus, strategi atau sebuah masukan terhadap masalah yang telah diberikan.
Tahap IV : Demonstrasikan
Pengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan dan diskusi sehingga memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
Tahap V : Ulangi
Pengajar mengulangi materi yang telah didiskusikan guna memantapkan pemahaman siswa.
Tahap VI : Rayakan
Pengakuan terhadap terhadap partisipasi, pemerolehan ketrampilan dan pengetahuan siswa. Pengakuan tersebut diwujudkan dengan pemberian penghargaan kepada siswa.

b.      Sistem Sosial
Model pembelajaran Quantum Teaching mengubah suasana belajar sehingga menggairahkan. Komponen utama dalam membangun suasana belajar yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan
Pengajar membantu siswa untuk memahami materi dan memberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka dan mengakui setiap usaha yang telah dilakukan siswa.

c.       Prinsip Reaksi
Pengajar membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dalam proses pembelajaran. Pengajar selalu mencoba untuk menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.

d.      Sistem Pendukung
Sistem pendukung pembelajaran adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pengubahan lingkungan pembelajaran yang semula membosankan menjadi lingkungan pembelajaran yang mendukung dapat membuat siswa lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam menata lingkungan yang mendukung proses pembelajaran, antara lain : menggunakan alat bantu, mengatur bangku, menghadirkan tumbuhan, aroma, dan menghadirkan musik.

e.       Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Setiap kegiatan yang dilakukan akan memberikan dampak. Pelaksanaan pembelajaran model Quantum Teaching akan memberikan dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai secara langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan pembelajaran.
Dampak Instruksional dari model Quantum Teaching  antara lain:
a) Peningkatan motivasi belajar siswa
b) Peningkatan hasil belajar siswa 
Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lain disamping dari pencapaian tujuan pembelajaran yang dihasilkan dari suatu proses belajar mengajar. Dampak pengiring ini terbentuk dalam diri siswa sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami siswa tanpa diarahkan pengajar.
Dampak Pengiring dari model Quantum Teaching  antara lain:
a) Menimbulkan kerja sama antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa     lainnya sehingga meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam pembelajaran.
b) Siswa berani mengungkapkan pendapat dimuka umum
c) Siswa belajar menerima pendapat orang lain

Metode Eksperimen dan Diskusi
Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari  Dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Dengan demikian siswa diajarkan untuk mencoba mencari suatu hukum atau dalil dengan menarik kesimpulan atas proses yang dialami dalam percobaan.
Untuk melakukan percobaan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok terdiri atas sejumlah siswa yang mempunyai kemampuan berbeda yang ditentukan oleh guru pengajar. Mereka duduk mengelilingi meja yang disusun berhadapan sehingga lebih mudah untuk melakukan kerja sama antara anggota kelompok. Dalam hal ini guru mengamati tiap siswa disamping memberi dorongan untuk berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan Metode Eksperimen
1)      Membuat siswa lebih percaya atas materi pelajaran berdasarkan percobaan.
2)      Membina siswa untuk belajar membuat penemuan berdasarkan percobaan.
3)      Hasil percobaan dapat bermanfaat untuk kepentingan manusia.
Kekurangan Metode Eksperimen
1)      Metode ini memerlukan peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh
2)      Menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan
3)      Setiap percobaan tidak selalu mencapai hasil yang diharapkan karena ada faktor-faktor tertentu .

Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan cara penyajian pembelajaran dimana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahakan bersama . Metode diskusi memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan gagasannya terhadap pertanyaan atau jawaban yang diajukan oleh peserta diskusi lain.
Menurut Piaget, dalam mengajar seharusnya diperhatikan pengetahuan yang diperoleh siswa sebelumnya, sehingga mengajar dianggap bukan sebagai proses memindahkan gagasan guru kepada siswa, melainkan sebagai proses mengubah gagasan siswa yang sudah ada yang mungkin salah. Dengan metode diskusi, seorang guru dapat mengetahui pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya serta dapat meluruskan pengetahuan siswa yang mungkin salah.
Setiap metode mempunyai keunggulan dan kelemahan, tetapi yang terpenting bagi guru adalah metode mengajar yang digunakan harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, bahan, jenis belajar siswa yang diinginkan. Di dalam diskusi terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman, informasi untuk memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru. Proses interaksi tersebut dapat menyebabkan semua atau sebagian besar peserta ikut terlibat aktif. Metode diskusi mempunyai kebaikan dan kekurangan, kelebihan dan kekurangan metode diskusi yaitu
Kelebihan metode diskusi :
1)      Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah;
2)      Mengembangkan sikap menghargai orang lain;
3)      Memperluas wawasan;
4)      Membina musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
Kelemahan metode diskusi.
1)      Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu panjang;
2)      Tidak dapat dipakai pada kelompok besar;
3)      Peserta mendapat informasi yang terbatas;
4)      Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau  ingin menonjolkan dir

2.5  Motivasi Belajar Siswa
Setiap orang memiliki keinginan untuk melakukan suatu hal. Keinginan yang kuat merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dorongan pada diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas timbul karena adanya rangsangan dari dalam diri sendiri maupun dari luar atau lingkungannya. Dorongan yang timbul tersebut biasa disebut motivasi. Seperti yang diungkapkan oleh Hakim bahwa motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam kegiatan belajar mengajar, agar prestasi belajar siswa meningkat dibutuhkan suatu motivasi atau pendorong agar anak tersebut lebih giat dalam belajar. motivasi memiliki peranan yang cukup besar dalam upaya belajar. Tanpa motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar. Siswa yang sedang belajar selalu mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari belajarnya, sehingga ia mendapatkan motivasi atau dorongan untuk dapat mengarahkan kegiatan yang dilakukannya agar tercapai tujuan yang diharapkan. motivasi muncul karena terangsang atau terdorong karena adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Pemberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan suatu atau ingin melakukan sesuatu. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru sebaiknya menjelaskan materi pelajaran dengan cara yang sistematis, bahasa yang sederhana dan mudah simengerti siswa. Seorang siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang apabila materi yang disampaikan guru menarik perhatian dan minatnya serta didasarkan  pada kebutuhan siswa, misalnya untuk meraih prestasi yang baik.
Motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui sikap yang ditunjukkan siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. motivasi belajar siswa dapat dilihat dalam hal :
a.       Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b.      Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
c.       Tanggung jawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
d.      Rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru
e.       Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
Dalam penelitian ini, penulis berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar dilakukan melalui penerapan model Quantum Teaching disertai metode eksperimen dan diskusi. Aspek-aspek dari motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.      Minat dan perhatian Siswa Terhadap Pelajaran
Minat dan perhatian siswa mempuyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Proses penyampaian informasi dari guru tidak akan berjalan lancar jika siswa tidak mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran. Siswa dikatakan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi apabila ada guru yang menyampaikan materi pelajaran, dan siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
 minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seserorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang.  minat merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan sifat subjek terhadap objek. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan rasa suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sehingga rasa suka ini menimbulkan suatu aktivitas yang positif tanpa ada yang menyuruh.
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.  perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka perhatian adalah kegiatan aktif yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek setelah mendapat rangsangan dari lingkungannya. Dalam hal ini, ditunjukkan dengan perhatian dan keaktifan siswa selama proses belajar mengajar.
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran  cenderung memberikan perhatian yang lebih besar pada pelajaran tersebut.  siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian siswa akan muncul jika siswa tersebut mempunyai minat terhadap suatu pelajaran.
Siswa yang memiliki minat dan perhatian terhadap pelajaran ditunjukkan dengan berbagai aktivitas positif. Aktivitas positif tersebut antara lain: Mendengarkan penjelasan guru selama proses belajar mengajar tanpa berbicara atau bergurau dengan kawannya, mencatat bagian-bagian penting yang disampaikan oleh guru.  siswa yang memiliki minat dan perhatian terhadap pelajaran ditunjukkan dengan berbagai aktivitas yang positif, yaitu siswa yang memperhatikan, mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru serta tidak berbicara sendiri atau dengan teman.
Kegiatan belajar mengajar akan semakin efektif jika siswa mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran. Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran akan terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Djamarah dan Zain (1996:167) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas ada siswa yang sering minta ijin keluar dengan alasan yang dibuat-buat. Padahal mereka sebenarnya malas menerima pelajaran yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki minat dan perhatian yang rendah terhadap pelajaran. Siswa cenderung malas dan bosan untuk mengikuti atau menerima pelajaran yang diberikan guru, sehingga mereka mencari-cari alasan untuk tidak terlibat aktif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

b.      Semangat Siswa untuk Melaksanakan Tugas-Tugas Belajarnya
Setiap siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi baik di rumah maupun di sekolah, karena semangat belajar siswa memegang peranan penting dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Rohani dan Ahmadi (1995:11) salah satu fungsi motivasi adalah untuk memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat belajar. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang positif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:51) siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan aktif bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa terkadang belum dapat langsung memahami apa yang disampaikan guru. Demikian pula apabila guru memberikan suatu tugas kepada siswa dan siswa kurang paham tentang tugasnya. Siswa yang memiliki semangat belajar tinggi akan langsung bertanya kepada guru atau temannya yang lebih mengerti tentang materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Hal ini  juga berlaku apabila siswa merasa belum paham mengenai tugas yang diberikan oleh guru. Bila siswa yang memiliki semangat belajar tinggi, biasanya selama mengerjakan tugas-tugas, ia akan langsung bertanya kepada guru atau kawannya tentang tugas tersebut. 
 salah satu ciri siswa yang memiliki semangat belajar tinggi akan selalu antusias terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan mengeluarkan banyak energi untuk mengikuti pelajaran.  salah satu sikap positif dalam proses belajar mengajar adalah tidak mudah putus asa bila mengalami kesulitan atau kegagalan. Dalam hal ini, siswa akan terus mencoba sampai ia dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya dan mencapai suatu sampai ia dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya dan mencapai suatu keberhasilan. Siswa yang tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan menunjukkan bahwa dia memiliki semangat belajar yang tinggi. Dengan semangat belajar yang tinggi tujuan belajar akan mudah dicapai.

c.       Tanggung Jawab Siswa untuk Melaksanakan Tugas-tugas Belajarnya
Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya juga penting dalam kegiatan belajar mengajar, sebab tanpa adanya tanggung jawab maka tujuan belajar tidak akan tercapai dengan optimal. Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah siswa untuk belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan guru merupakan salah satu cara untuk menilai proses belajar siswa. Munculnya tanggung jawab karena ada kemauan untuk mencapai tujuan belajar. bahwa kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya bila mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal dari guru, siswa tersebut mengerjakan sendiri tugasnya tanpa mencontoh pekerjaan kawannya. ketika guru memberikan tugas maka siswa langsung mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tugas tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus diselesaikan tanpa menunda waktu.
salah satu bentuk tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru yaitu siswa tidak mencotek pekerjaan temannya. Apabila tugas yang diberikan guru untuk dikerjakan dalam bentuk kelompok, siswa tidak mencotek pekerjaan kelompok lain, melainkan bekerja sama dengan kawan sekelompoknya.  semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi memberikan sumbangan pemikirannya.
Siswa bertanggung jawab atas tugasnya dilihat dari ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru. Sebagaimana dinyatakan Sardiman (2000:83) apabila guru memberikan tugas, ia akan langsung mengerjakannya dengan tekun disertai dengan keseriusan dalam mengerjakannya, ia akan mengerjakan tugas tersebut dalam waktu yang ditentukan, sehingga ia benar-benar dapat menyelesaikan tugas tersebut. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas tersebut menunjukkan bahwa siswa mempunyai tanggung jawab tinggi terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
Selain tekun dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa berusaha agar tugas yang diberikan oleh guru dapat selesai tepat waktu. Siswa yang menyelesaikan tugas tepat waktu menunjukkan bahwa dia memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya. Selain harus dapat membagi waktu atas tugas dari guru, ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap semua permasalahan yang akan terjadi. siswa yang mempunyai tanggung jawab tinggi terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru akan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.

d.      Rasa Senang dalam Mengerjakan Tugas dari Guru
Bagi siswa, tugas dari guru terkadang merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Hal tersebut bisa disebabkan karena tugas tersebut terlalu banyak atau sulit bagi siswa, sehingga siswa merasa enggan mengerjakannya. Salah satu upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru harus membuat soal sesuai dengan kemampuan siswa, dan tugas tersebut menarik atau merupakan suatu hal yang baru bagi siswa sehingga timbul perasaan senang pada diri siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Rasa senang ini berhubungan dengan minat siswa terhadap pelajaran. Sesuai dengan pendapat Slameto, bahwa kegiatan yang diminati seseorang akan mendapat perhatian secara terus menerus dari siswa yang disertai dengan rasa senang. Berdasarkan pendapat tersebut minat dapat menimbulkan perasaan senang seseorang, dan perasaan senang tersebut dapat menimbulkan suatu keinginan yang kuat untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas atau kewajiban yang dibebankan padanya dengan sebaik mungkin.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, rasa senang siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam mengerjakan tugas tersebut. Apabila guru membentuk siswa dalam suatu kelompok belajar siswa langsung bergabung dalam kelompok belajarnya dan bersama-sama mengerjakan tugas dari guru. Dalam kelompok belajar tersebut siswa tidak menggantungkan diri pada orang lain. Artinya siswa mampu mengeluarkan pendapat atau menyumbangkan ide-ide yang muncul dibenakknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga semua angota kelompok turut andil dalam penyelesaian tugas tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah  yang menyatakan bahwa semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi memberikan sumbangan pemikirannya.
jika siswa senang terhadap tugas yang diberikan oleh guru, maka siswa tersebut akan mengerjakannya sesuai dengan tuntunan dari guru. Guna kesempurnaan tugasnya, siswa akan mentaati ketentuan-ketentuan dalam pengerjaan tugasnya. Hal tersebut, menunjukkan bahwa siswa berminat terhadap tugas yang diberikan oleh guru.

e.       Reaksi yang Ditunjukkan Siswa Terhadap Stimulus yang Diberikan Guru
Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut Rohani dan Ahmadi, salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik. Sudjana berpendapat bahwa interaksi antara guru dengan siswa dapat dilihat dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Demikian pula menurut Haryanto bahwa interaksi aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru mengajar di depan kelas, siswa bertanya dan guru menjawab. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru dapat dilihat bila guru bertanya kepada siswa kemudian siswa memberikan respon balik dengan menjawab pertanyaan dari guru, dan bertanya kepada guru apabila ada suatu hal yang belum dimengerti.
Dalam proses belajar mengajar, biasanya guru memberi pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui reaksi siswa atau untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan guru antara lain: Siswa mendengarkan pertanyaan dan memperhatikan pertanyaan guru, dan jika siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut, siswa akan langsung menjawab pertanyaan dengan keseriusannya dalam menjawab pertanyaan dari guru. Hal tesebut, sesuai dengan pendapat Nasution yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan guru yaitu mengamati, memikirkan, mengolahnya, dan menentukan sikap dan kelakukan terhadap stimulus tersebut.
Saat proses belajar mengajar berlangsung, guru memberikan suatu pertanyaan-pertanyaan yang merangsang daya pikir siswa. Rangsangan yang mengena pada tujuan menyebabkan siswa dapat bereaksi dengan tepat terhadap stimulus tersebut. reaksi siswa terhadap stimulus yang berupa pertanyaan dari guru dapat ditunjukkan dengan siswa langsung menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Hal ini berarti bahwa siswa memberikan reaksi yang cepat dan tepat terhadap stimulus yang diberikan guru. Dengan adanya reaksi yang cepat dari siswa menyebabkan kegiatan belajar mengajar berjalan lancar.

Hasil Belajar Siswa
            Kegiatan proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil usaha yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung melalui suatu evaluasi belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono,  menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.
            Penelitian ini, hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan belajar siswa setelah diadakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching disertai Metode Eksperimen dan Diskusi. Adapun cara untuk melihat hasil belajar siswa yang biasa dipakai seorang peneliti khususnya penelitian tindakan kelas adalah dengan menggunakan tes, karena tes adalah salah satu alat evaluasi yang termudah untuk melihat pencapaian belajar siswa.
            Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching berhasil sesuai tuntunan ketercapaian belajar secara maksimal yaitu dengan ketuntasan hasil belajar. Adapun ketentuan kriteria ketuntasan hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan standar yang digunakan  sekolah yaitu, dapat dinyatakan sebagai berikut:
1)      daya serap perseorangan, siswa disebut telah tuntas belajar bila mencapai skor lebih dari 70
2)      daya serap klasikal, kelas disebut telah tuntas belajar jika di kelas tersebut terdapat  80% dari jumlah siswa yang telah mencapai nilai lebih dari 70)


2 comments:

  1. kak, sumber untuk unsur-unsur model pembelajaran quantum teaching drimana yah kak?.. mohon bantuannya

    ReplyDelete