Tuesday, December 01, 2009

Konsep Dasar Penelitian Pendidikan

Konsep Dasar Penelitian Pendidikan

A. Hakikat Penelitian
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: (1) logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; (2) etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta (3) estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
penelitian
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta).
Terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah-langkah penelitian yaitu:
  1. Merumuskan masalah; mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan..
  2. Mengajukan hipotesis; mengemukakan jawaban sementara (masih bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar dalam perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip, generalisasi dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam merumuskan kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai alternatif jawaban atas masalah.
  3. Verifikasi data; mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji kebenaran hipotesis. Jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan jenis data, dari mana data diperoleh, serta teknik untuk memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
  4. Menarik kesimpulan; menentukan jawaban-jawaban definitif atas setiap pertanyaan yang diajukan (menerima atau menolak hipotesis). Hasil uji hipotesis adalah temuan penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan kemudian disimpulkan. Kesimpulan merupakan adalah jawaban atas rumusan masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan yang telah teruji kebenarannya.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji dan memecahkan suatu masalah menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik. Berdasarkan proses tersebut di atas, mulai dari langkah kajian teori sampai pada perumusan hipotesis termasuk berpikir rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan dari verifikasi data sampai pada generalisasi merupakan proses berpikir induktif. Proses tersebut adalah wujud dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya penelitian dikatakan sebagai operasionalisasi metode ilmiah.
Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
  1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
  2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca indera manusia.
  3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan tertentu. Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara kebetulan.
Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai penelitian antara lain:
  1. Penelitian bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data atau informasi. Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala sekolah agar kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
  2. Penelitian bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengumpulkan banyak data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan. Kegiatan yang dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan yang dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan menjadi suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan melakukan analisis data lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Misalnya: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi MBS; atau (2) faktor-faktor penghambat implementasi MBS serta upaya mengatasinya.
B. Tujuan Umum Penelitian
Uraian di atas memperlihatkan bahwa penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu (misalnya memeriksa, menelaah, mempelajari dengan cermat/sungguh-sungguh) sehingga diperoleh suatu temuan berupa kebenaran, jawaban, atau pengembangan ilmu pengetahuan. Terkait dengan ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu:
  1. Tujuan Eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui penelitian betul-betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya suatu penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpian efektif dalam MBS. Contoh lainnya adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode baru pembelajaran matematika yang menyenangkan siswa.
  2. Tujuan Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktian adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di Indonesia.
  3. Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan atau memperdalam ilmu pegetahuan yang telah ada. Misalnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA. Contoh lainnya adalah penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality Assurannce) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterpakan dalam organisasi bisnis/perusahaan

Sunday, November 29, 2009

Penelitian Tindak Kelas dan Profesionalisme Guru

Dalam rangka memantapkan penguasaan Penelitian Tindakan Kelas di kalangan guru-guru Bahasa Inggris SMP di Wilayah Luragung, hari Selasa, 22 Pebruari 2011, MGMP Bahasa Inggris Wilayah Luragung-Kabupaten Kuningan telah melaksanakan kegiatan pelatihan Penelitian Tindak Kelas, bertempat di SMP Negeri 1 Lebakwangi.
Penelitian Tindak Kelas
Pada kesempatan ini, saya diminta untuk menjadi nara sumber. Kegiatan pelatihan terbagi ke dalam dua sesi. Karena pelatihan tentang Penelitian Tindak Kelas kali ini merupakan kelanjutan dari pelatihan sebelumnya, maka pada sesi pertama, penyajian saya tidak lagi memfokuskan pada aspek teoritis, tetapi lebih mengedepankan aspek motivasional dan dialog tentang kesulitan-kesulitan rekan-rekan peserta dalam melaksanakan PTK, baik terkait dengan permasalahan yang diteliti, metodologi maupun penyajian laporan.
Meminjam ungkapan Prof. Muhibbin Syah pada kesempatan diskusi di Padepokan Guru Indonesia, saya katakan kepada peserta bahwa kesulitan terbesar dalam ber-PTK bukan terletak dari sisi teknis penelitian itu sendiri, melainkan lebih banyak pada aspek membangun kemauan.
Pada kesempatan ini, saya juga menyampaikan tentang Penelitian Tindakan Kelas dikaitkan dengan pengembangan profesionalisme guru. Bagi seorang guru, sekalipun sudah bergelar Sarjana, bahkan Doctor, belumlah cukup untuk bisa dikatakan sebagai seorang profesional yang sejatinya, manakala pelayanan pendidikannya belum dirasakan manfaatnya oleh peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu upaya agar pelayanan pendidikan benar-benar dapat lebih dirasakan manfaatnya oleh peserta didik, sebagai costumer utama jasa guru. Dalam Penelitian Tindakan Kelas terkandung penerapan prinsip Total Quality Management yakni usaha perbaikan praktik pembelajaran secara terus-menerus berdasarkan data, dan semangat kolaboratif untuk membangun learning community. Di samping itu, Penelitian Tindakan Kelas juga dapat mengembangkan kemampuan dan budaya literer di kalangan guru, yakni mengembangkan kebiasaan membaca dan menuliskan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas-tugas profesionalnya, sebagai wujud dari profesionalismenya
Memasuki sesi kedua, kegiatan pelatihan menggunakan pendekatan kelompok. Pada sesi ini saya lebih menempatkan diri sebagai teman dialog dari masing-masing anggota kelompok.
Dengan dipandu lembaran kerja yang sudah disiapkan sebelumnya, peserta diminta mendiskusikan tentang seputar permasalahan penelitian, penyusunan proposal dan laporan penelitian.
Ketika peserta diminta mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam praktik pembelajarannya, beberapa peserta menemukan masalah yang sama dan menurutnya penting untuk diteliti, yaitu terkait dengan lemahnya penguasaan kosa kata di kalangan siswa. Untuk itu, kepada para peserta yang menemukan masalah penguasaan kosa kata, saya meminta untuk membentuk kelompok tersendiri guna membahas upaya-upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi lemahnya penguasaan kosa kata di kalangan siswa. Hasil diskusi ini bisa dijadikan bahan Penelitian Tindakan Kelas di tempat kerjanya masing-masing.
Semoga apa yang telah saya sajikan dalam kesempatan pelatihan ini kiranya dapat dijadikan sebagai motivasi dan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi seluruh peserta.
Akhirnya, saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh peserta atas kerja kooperatif yang telah Anda tampilkan selama saya menyajikan materi, terutama kepada Ketua MGMP, Bapak Dian Nurdiawan, S.Pd., yang telah berkenan mengundang saya untuk bisa hadir dalam kegiatan pelatihan ini.

sumber :http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/02/22/pelatihan-penelitian-tindak-kelas-di-mgmp-bahasa-inggris-wilayah-luragung-kabupaten-kuningan/

Thursday, October 29, 2009

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

A. PENGERTIAN
Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.
PTK1
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen
Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
B. MODEL – MODEL ACTION RESEARCH
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama
C. MASALAH CAR
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.
1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.
2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di dekat jalan raya.
4. Masalah yang Terlalu Besar
Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.
5. Masalah yang Terlalu Kecil
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.
7. Masalah yang Anda Senangi
Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.
8. Masalah yang Riil dan Problematik
Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).
9. Perlunya Kolaborasi
Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan masalah.
D. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan selama ini.
2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
3. Deskripsi Masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu untuk dipecahkan ditinjau dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa yang terlibat.
Contoh: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi, ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis. Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis. Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata pelajaran lain.”
4. Rumusan Masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu merumuskan masalah itu secara komprehensif dan jelas. Sagor (1992) merinci rumusan masalah action research menggunakan lima pertanyaan:
  1. Siapa yang terkena dampak negatifnya?
  2. Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?
  3. Masalah apa sebenarnya itu?
  4. Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
  5. Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan hipotesis tindakan).
Contoh rumusan masalah:
  • Siswa di SLTP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3)
  • Grup action research percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini menjawab pertanyaan 2)
  • Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah, mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab pertanyaan 4)
  • Oleh karena itu kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA, matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5)
Contoh pertanyaan penelitian:
  1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
  2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai?
  3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
  4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal?
E. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

1. Kajian Teori

Dalam membuat rumusan masalah di atas sebenarnya Anda telah melakukan “analisis penyebab masalah” sekaligus membuat “hipotesis tindakan” yang akan diberikan untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan diberikan, Anda perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya sekedar meyakinkan bahwa apa yang Anda lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.
Anda juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk CAR, siapa tahu apa yang akan Anda lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain; Anda dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, Anda akan mengetahui trend-trend baru yang sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Sekarang ini sedang nge-trend pembelajaran yang bernuansa quantum teaching, quantum learning, contextual learning, integrated curriculum, dan competency based curriculum yang semua berorientasi pada kepentingan siswa. Jika penelitian Anda masih berkutat pada pemberian drill dan PR agar nilai UAN mereka meningkat, tanpa memperdulikan rasa ketersiksaan siswa, profesionalisme Anda akan dipertanyakan.

2. Hipotesis Tindakan

Lakukanlah analisis penyebab masalah secara seksama agar tindakan yang Anda rencanakan berjalan dengan efektif. Hipotesis tindakan dapat Anda tuliskan secara eksplisit, tetapi dapat juga tidak karena pada dasarnya Anda belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
F. METODOLOGI

1. Setting Penelitian

Setting penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan setting penelitian Anda.

2. Perbedaan Mengajar Biasa dengan CAR

Dalam melakukan CAR kegiatan mengajar standar (biasa) berlangsung secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja, dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran standar, bukan CAR. Asumsinya CAR dilaksanakan oleh guru yang sudah melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil. Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari CAR Anda.

3. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan CAR sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan CAR. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci. Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan. Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk CAR dengan sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam CAR selama ini pembelajaran standar belum dilaksanakan sehingga CAR menjadi wahana untuk mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar. Setelah sekolah mendapat bantuan dana peningkatan kualitas pembelajaran pun uraian latar belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara tidak langsung ditunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh pemberi dana selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk di dalamnya adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan kolaborator.

4. Siklus-siklus

Dalam CAR siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari penelitian jenis lain; oleh karena itu siklus harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian biasa. Dalam penelitian biasa hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam CAR hasil yang belum baik masih ada kesempatan untuk diperbaiki lagi sampai berhasil.
Siklus terdiri dari (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi; dan (5) perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang dimodifikasi melalui action reseach, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam action research yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan carta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang carta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada carta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan carta, misalnya “Penggunaan carta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu carta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengelaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan carta-carta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb., dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Dalam action reseach selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
  1. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui CAR, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
  2. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus-menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat jenuh (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan suhu 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; dapatlah disimpulkan bahwa kondisinya telah kembali normal. Itu digabungkan dengan data pengamatan lain selama seminggu juga seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang bersifat triangulatif.
  3. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.

5. Instrumen

Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan CAR. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kejenuhan informasi) perlu diperhatikan untuk menjamin validitas data.
G. HASIL PENELITIAN

1. Siklus-siklus Penelitian

Hasil penelitian CAR tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian. Data hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah dilakukan.

2. Tabel, Diagram, dan Grafik

Tabel, diagram, dan grafik sangat baik digunakan untuk menyajikan data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan lebih mudah. Tetapi sajian yang cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikain rupa sehingga terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana” proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan makin ragu.

3. Hasil-hasil yang Otentik

Hasil-hasil yang otentik seperti karangan siswa, gambar hasil karya siswa, dan foto tentang proyek yang dilakukan siswa akan sangat baik dicantumkan sebagai hasil penelitian.
H. KESIMPULAN CAR
1. Kesimpulan
Kesimpulan tentu saja harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pertanyaan penelitian pada bagian D4 di atas di samping menuntut jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Marilah kita lihat pertanyaan-pertanyaan itu sekali lagi.
  1. Kesulitan apa yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa diperoleh melalui tes awal dan atau selama proses pembelajaran berlangsung. Walaupun baru berupa daftar kesulitan yang dialami siswa, temuan ini cukup berarti bagi guru-guru lain. Kita sendiri pada saat ini belum bisa membayangkan kesulitan-kesulitan tersebut.
  2. Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua mata pelajaran yang disukai ? Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah guru menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam materi tes awal atau selama pembelajaran berlangsung, misalnya antara fisika dengan biologi, ekonomi dengan sejarah, dan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.
  3. Apa yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran ? Kesimpulan ini dapat diperoleh melalui kuesioner dan atau wawancara pada awal pembelajaran atau selama pembelajaran berlangsung.
  4. Apakah ada perbedaan antara prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam kelas mata pelajaran tunggal ?Jawaban atas pertanyaan ini diperoleh setelah siswa diberi perlakukan yang berbeda; misalnya satu kelas diberi pelajaran multi disiplin, dan kelas lain diberi pelajaran yang terpisah-pisah, seperti biasanya. Ini tampaknya merupakan fokus dari CAR. Jika ditemukan bahwa mata pelajaran multidisiplin lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan transfer keterampilan antar mata pelajaran, peneliti perlu mengelaborasi bagaimana proses pembelajaran model multidisiplin tersebut berlangsung.
Jadi kesimpulan penelitian CAR akan kurang bermanfaaat jika bunyinya hanya seperti: “Pembelajaran dengan media akan meningkatkan hasil belajar siswa.” Kesimpulan ini mirip dengan yang diinginkan penelitian kuantitatif. Guru lain yang membaca kesimpulan ini tentu ingin mengetahui bagaimana prosesnya sehingga media itu bisa meningkatkan hasil belajar. Jadi kesimpulan itu masih harus diikuti dengan proses atau rinciannya, seperti a) Transparansi OHP lebih disukai siswa daripada media lain, b) Paling banyak hanya 10 transparansi dapat ditunjukkan dalam satu presentasi, jika lebih dari itu siswa akan bosan; c) Presentasi pada awal pembelajaran cenderung lebih disukai; d) Penjelasan yang terlalu lama terhadap satu transparansi cenderung membuat siswa bosan; dan e) Satu kali presentasi sebaiknya tidak lebih dari 20 menit.
2. Saran
Karena CAR bersifat kontekstual, pemberian saran kepada orang lain berdasarkan hasil penelitian tersebut sebenarnya kurang bermanfaat. Deskripsi konteks penelitian secara rinci sudah cukup untuk memberikan informasi bagi guru lain yang ingin meniru keberhasilan Anda. Saran seperti “Program CAR ini perlu lanjutkan dan diperluas untuk tahun-tahun mendatang,” juga kurang begitu perlu, bahkan kurang relevan.
Saran CAR diperlukan misalnya jika temuan penelitian menyangkut sistem yang lebih luas dari sekedar kelas, misalnya menghendaki adanya perubahan pengaturan jadwal pelajaran di sekolah. Dalam hal itu peneliti dapat menyarankan tentang jadwal yang diinginkan kepada fihak sekpolah.
I. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka mencerminkan penguasaan Anda atas teori belajar dan pembelajaran yang Anda minati. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya, daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan Anda atas penelitian-penelitien terbaru yang sedang ngetren. Selama ini guru peneliti sering mencantumkan nama-nama ahli pendidikan, psikologi, dan pembelajaran tetapi tidak disertai dengan daftar pustakannya. Buatlah daftar pustaka secara cermat.
Sumber : Dr. Supriyadi M. Pd.*)) disajikan dalam Workshop MKKS Tingkat Pusat yang Diselenggarakan olah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 12-15 September 2005 di Hotel Evergreen, Cisarua, Bogor.
*) Dr. Supriyadi M. Pd. adalah staf pengajar pada Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Tulisan lain tentang Penelitian Tindakan Kelas disampaikan pula oleh Drs. Tatang Sunendar dari LPMP Jawa Barat.

sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/penelitian-tindakan-kelas/

Thursday, April 23, 2009

teknik origami dan Trik Magic Mengajar Bahasa Inggris

teknik origami dan Trik Magic Mengajar Bahasa Inggris


Artikel ini menyajikan nilai pedagogis trik origami dan sihir untuk guru bahasa Inggris. Pertama, alasan untuk menggunakan origami dan trik sulap untuk mengajar Bahasa Inggris dibahas. Kedua, beberapa ide tentang bagaimana kegiatan origami dan trik sulap dapat dimasukkan dalam pengajaran bahasa Inggris yang diilustrasikan. Ketiga, sumber daya online bebas dari bahan origami dan sihir disediakan dengan deskripsi.

Pengantar

Tujuan artikel ini adalah untuk menampilkan nilai pedagogis trik origami dan sihir untuk guru bahasa Inggris dan menyediakan guru-guru dengan ide-ide yang meminjamkan rempah-rempah untuk mengajar mereka. Origami adalah seni melipat kertas pemotongan dan dalam bentuk dekoratif atau perwakilan yang berbeda. kegiatan Origami, sering dilihat sebagai kegiatan anak kecil dan non-konten, sebenarnya mempromosikan pembelajaran bahasa di kalangan siswa dewasa tidak hanya muda tapi juga (Ho, 2002). Sementara itu, sifat misterius dan hasil spektakuler trik sulap tentu menarik bagi peserta didik yang termotivasi oleh rasa ingin tahu dan kemampuan untuk mengesankan orang lain.

Namun, origami dan bahan trik sulap biasanya tidak dikembangkan untuk tujuan pengajaran bahasa. Guru perlu mengubah dan menggabungkan bahan tersebut sesuai konteks ajaran mereka atau menghabiskan waktu untuk mencari yang tepat dan siap-untuk bahan-digunakan. Pada artikel ini, saya menawarkan beberapa contoh bagaimana bahan trik sulap origami dan dapat dimasukkan dalam pengajaran bahasa dan sumber daya bermanfaat dari bahan-bahan tersebut yang sesuai untuk pengajaran bahasa Inggris dan belajar.
Alasan

Pembelajar keberhasilan dalam origami lipat yang dimiliki serta melakukan trik sulap pada dasarnya disebabkan oleh pemahaman mereka terhadap teks yang berisi instruksi melipat dan melakukan. Nilai atribut ini adalah dua kali lipat. Pertama, guru dapat menilai bahasa peserta didik belajar dengan melihat hasil terlihat mereka (yaitu origami produk akhir dan kinerja trik sukses). Kedua, kegiatan seperti mudah meminjamkan diri untuk instruksi tugas berbasis. Tugas instruksi berbasis menekankan pada komunikasi, negosiasi makna, kolaborasi, dan penggunaan bahasa sebagai alat untuk mencapai tujuan (Shrum & Glisan, 2005). Sementara akhir merupakan hasil origami dan trik, berarti adalah proses melibatkan dengan bahasa target untuk memahami instruksi origami dan trik dan bernegosiasi makna dengan guru dan pelajar lainnya.

Origami dan kegiatan sihir dapat secara fleksibel disesuaikan dengan kemampuan makro yang terpisah (yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis) atau keterampilan yang terintegrasi yang mempromosikan pengajaran bahasa yang komunikatif dan belajar. Misalnya, rangkaian gambar bagaimana cara melipat origami bentuk tertentu yang ditunjukkan untuk peserta didik yang kemudian menulis instruksi dalam kata-kata mereka sendiri atau dengan memasukkan kata kunci yang terkait diajarkan sebelum kegiatan ini. Untuk memeluk suatu metode komunikatif, guru dapat mengelompokkan siswa sesuai dengan apa trik sulap grup mereka ingin melakukan yang lain dan minta mereka berdiskusi dengan anggota kelompok mereka bagaimana melaksanakan trik.

Origami dan kegiatan sihir juga alamat beragam kebutuhan peserta didik di kelas bahasa. Gardner (1993) mengemukakan bahwa peserta didik memiliki kecerdasan majemuk, tapi kecerdasan mereka tidak sama dikembangkan baik di dalam individu dan antara individu. Beberapa peserta didik belajar lebih baik ketika mereka lakukan dan menciptakan sesuatu, sementara beberapa yang lain perlu untuk membahas informasi baru dengan orang lain. Dalam nada yang sama, Oxford (1990) mengusulkan lima dimensi penting dari belajar bahasa gaya. Untuk mengatasi keragaman ini tak terelakkan di dalam kelas, guru perlu menggunakan kegiatan yang menggabungkan kecerdasan majemuk dan dimensi. kegiatan Origami akan membuka kelas untuk mode pembelajaran yang berbeda seperti pendengaran kinestetik dan visual (Ho, 2002). Origami dan trik sulap dapat diadopsi baik sebagai kegiatan koperasi dan kompetitif.

Akhirnya, origami dan sihir kegiatan tentu merangsang. pelajar muda tertarik pada bentuk seperti hewan-hewan cantik dan mainan, sementara pelajar dewasa mungkin menginginkan sesuatu yang kurang remaja dan lebih kompleks. trik Magic adalah cinta pelajar yang ingin mengesankan teman-teman mereka dan ingin tahu tentang misteri di balik trik.
Beberapa Pedagogical Ide
Origami

origami bahan dasar yang dibutuhkan untuk kelas bahasa termasuk visual (yaitu serangkaian gambar yang menunjukkan bagaimana cara melipat sebuah origami) dan origami instruksi tertulis dan lisan. Untuk pelajar tingkat atau muda rendah, guru memberikan baik teks visual dan instruksi untuk peserta didik. Guru dapat pre-mengajar kata-kata sulit sebelum suatu kegiatan origami oleh salah menjelaskan atau menunjukkan tindakan dari kata-kata sulit. Untuk menjelaskan kalimat "akordeon kali lipat", aku akan melipat kertas menjadi bentuk akordion di depan peserta didik saya dan mengundang mereka untuk mengikuti untuk memastikan bahwa mereka mengerti. Pilih kata-kata dengan fokus untuk membantu peserta didik memahami teks instruksi. Pra-mengajar kata-kata sulit dan visual yang perancah untuk pelajar tingkat rendah. Untuk membuat tugas origami menantang untuk pelajar tingkat yang lebih tinggi, guru dapat menghapus visual, dan meminta peserta didik untuk mengembangkan visual dari teks instruksi yang diberikan pada pasangan atau kelompok.

Untuk fokus menulis, guru memberikan sebuah visual yang dasar pelajar menulis instruksi origami mereka. Kelompok yang berbeda mungkin memiliki visual yang berbeda dan menghasilkan set instruksi yang berbeda. Setiap kelompok mencoba instruksi origami berbeda dari mereka sendiri. Guru dapat pre-mengajar kata-kata kunci.

Ketika peserta didik akrab dengan kegiatan origami, guru dapat meminta peserta didik untuk mempelajari suatu lipat origami dari keluarga, kerabat, atau teman, dan menghasilkan satu set instruksi untuk pelajar lainnya.
Magic Trik

Musim panas lalu saya memperkenalkan dua kartu trik untuk kelas saya. Karena kompleksitas trik dan teks, pelajaran ini adalah untuk pelajar menengah menengah dan atas. Teks instruksi untuk trik ini dalam lampiran.

Pertama, saya pra-mengajar kata-kata seperti "sekop", "club", "diamond", "hati", "shuffle", "memotong", "pilih" dengan menggunakan setumpuk kartu. Saya menulis kata-kata di papan tulis. Aku memperlihatkan kartu yang berbeda terutama kartu bergambar dan memanggil nama mereka. Saya juga melakukan tindakan (shuffle yaitu) berkaitan dengan verba saya mengajar. Aku memeriksa pemahaman mereka dengan menunjukkan sejumlah kartu dan melakukan beberapa tindakan dan meminta beberapa siswa untuk nama kartu dan memberikan kata kerja untuk tindakan.

Aku membagi kelas menjadi dua kelompok. Setiap kelompok memegang rahasia trik mereka. Setiap kelompok menerima teks instruksi dari trik mereka. Mereka membahas trik dan berlatih trik. Saya akan memfasilitasi setiap anggota yang mengalami kesulitan. Diskusi yang efektif dengan kelompok 4 atau 5 siswa. Lalu setiap anggota dari satu kelompok dipasangkan dengan anggota dari kelompok lain. Satu pelajar dalam pasangan melakukan trik nya sementara perhatian lain baik dibayar atau mencatat langkah-langkah yang diambil oleh pemain trik. Pada akhirnya, peserta didik dalam setiap pasangan berbagi rahasia trik mereka di belakang mereka. Setiap pelajar menuliskan instruksi mereka belajar dari anggota pasangan nya. tulisan mereka akan dikumpulkan untuk penilaian. Trik kartu pertama (lihat lampiran) bahkan memungkinkan peserta didik untuk membuat dan menceritakan kisah mereka sendiri berkaitan dengan trik untuk mengalihkan perhatian penonton dari rahasia mereka.
Sumber Daya

Beberapa sumber daya online gratis kegiatan origami dan trik sulap dapat ditemukan di situs web berikut.

http://www.tammyyee.com/origami.html

Tammy Yee's Origami Page menyediakan berbagai kegiatan origami termasuk instruksi tekstual, visual, dan halaman diformat dengan pola lipatan siap untuk dicetak. Setiap kegiatan ditugaskan untuk tingkat kesulitan. proyek Origami juga disusun dalam tiga kategori: alam, liburan, dan multikultural. Setiap proyek origami bulan baru ditambahkan ke dalam database. Semuanya gratis.

http://dev.origami.com/diagram.cfm

Ini adalah database origami besar. Website memiliki pencarian dan mekanisme filter yang model origami filter berdasarkan tingkat kesulitan yang dipilih. Banyak model origami yang tidak cocok untuk pelajar tingkat muda atau rendah. Its kompleksitas mungkin menarik bagi peserta didik dewasa dan maju. Hal ini juga gratis untuk semua pengunjung, dan database yang terus berkembang.

http://www.origamitube.com

http://www.videojug.com/

Situs ini berisi video tentang bagaimana untuk membuat bentuk origami. Bagi guru yang suka memasukkan klip video pendek kedalam instruksi mereka, situs-situs yang cinta mereka. Untuk videojug.com itu, guru perlu origami ketik kata kunci untuk mendapatkan daftar video terkait. Situs ini berisi video berkualitas yang didownload setelah Anda mendaftar sebagai anggota secara gratis.

http://www.kidzone.ws/magic/index.htm

Website ini berisi selusin trik sulap gratis bagi anak-anak sekolah. Its instruksi mudah trik yang cocok untuk pelajar bahasa Inggris di banyak tingkatan. Kebanyakan trik melibatkan mudah menemukan benda seperti kartu dan koin. instruksi ini biasanya pendek dan dengan demikian merangsang.

http://kids.mysterynet.com/magic/

Situs ini memiliki beberapa trik sulap sederhana dengan instruksi agak panjang tapi dengan kata-kata sederhana. Ada juga gambar untuk membantu menggambarkan trik.

http://www.cardtricksite.com/tricks.htm

Situs ini memiliki koleksi indah kartu trik terorganisir dalam kategori rapi. Guru dapat menemukan kategori trik mudah berguna untuk pelajaran mereka, tetapi kategori lain juga perlu ditelusuri.
Referensi

* Gardner, H. (1993). Bingkai pikiran: Teori kecerdasan ganda. New York: Buku Dasar.
* Ho, L. Y. (2005). Origami dan pelajar ESL dewasa. Dalam Hull T. (Ed.), Origami3 (hal. 247-256). Wellesley, MA: Sebuah Peters K, Ltd
* Oxford, R. L. (1990). Bahasa strategi pembelajaran: Apa setiap guru harus tahu. Boston: Heinle & Heinle.
* Shrum J. L. & Glisan, E. W. (2005). buku pegangan Guru: konteks bahasa instruksi (3rd ed.). Boston: Thomson Heinle.