MODEL PEMBELAJARAN PART 2. PAIKEM
MODEL PEMBELAJARAN PART 2.  PAIKEM
PAIKEM  adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,  Kreatif, Efektif,  dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru  harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif  bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang  merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun  pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah  guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan  kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut  bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat  penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu  menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru  menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai  tingkat kemampuan siswa.  Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar  yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh  pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.  Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti  meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah  cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan  apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung,  sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus  dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak  efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
PAIKEM   merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling  sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama,  proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan  siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi  (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan  rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi  role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang  kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah  lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan  melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,  penyelidikan dan/atau wawancara).
Pelaksanaan Paikem harus  memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata  potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum  Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual,  auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa  kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik  atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada  indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita),  dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk,  menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi  modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media,  metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan  kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Secara  garis besar, PAIKEM dapat dideskripsikan sebagai berikut:
- Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
 - Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
 - Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
 - Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok
 - Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
 
Hal-hal  yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
a.       Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat:  rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya,  anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama  mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut  merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan  kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus  kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan  tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak  karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan  guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan  pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
b.       Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan  keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam  PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)  perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam  kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan  kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan  belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan  untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal  kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga  anak tersebut belajar secara optimal.
c.        Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai  makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau   berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam  pengorga-nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,  anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan  pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk  berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan  bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas  secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
d.  Mengembangkan  kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada  dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan  kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis  masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah.  Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa  ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir.  Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan  sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang  terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika  …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa,  kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e.       Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang  kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disaran-kan dalam PAIKEM.  Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas  seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan  memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi  siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan,  berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram,  model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang  penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik,  dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika  membahas suatu masalah.
f.         Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan  (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk  bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar,  tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Peng-gunaan  lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang  dalam belajar. Belajar dengan menggunakan ling-kungan tidak selalu harus  keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk  menghemat biaya dan waktu. Pe-manfaatan lingkungan dapat mengembang-kan  sejumlah keterampilan seperti meng-amati (dengan seluruh indera),  mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan,  membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
g.       Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu  hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.  Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk  interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap  kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan  balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih  percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru  harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar  dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih  bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
h.       Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak  guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk  bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok  serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri  yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada  aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan  mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat  berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut  ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh  karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut,  baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.  Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM.’
i.  Pengelolaan Kelas PAIKEM
Seting kelas yang konstruktif  didasarkan pada nilai-nilai konstruktif dalam proses belajar, termasuk  kolaborasi, otonomi individu, refleksi, relevansi pribadi dan  pluralisme. Seting kelas yang konstruktif akan memberikan kesempatan  aktif belajar. Mengacu pada pendekatan holistik dalam pendidikan, seting  kelas konstruktif merefleksikan asumsi bahwa proses pengetahuan dan  pemahaman akuisisi adalah benar-benar melekat pada konteks sosial dan  emosional saat belajar. Karakteristik seting kelas konstruktif untuk  belajar adalah terkondisikannya belajar secara umum, instruksi, dan  belajar bersama.
Lima metode kunci untuk merancang  seting kelas yang konstruktif , yaitu:
1)    melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan  mengembangkan otonomi dan kontrol pemelajar, mendorong pengaturan diri  dan membuat instruksi secara pribadi yang relevan dengan pemelajar,
2)    menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi pribadi
3)    mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas  belajar
4)   mendorong pengaturan diri dengan pengembangan  keterampilan dan tingkah laku yang memungkinkan pemelajar meningkatkan  tanggung jawab dalam belajarnya; dan
5)   mendorong kesadaran belajar  dan pengujian kesalahan (Hadi Mustofa, 1998).
Penataan  dan atau pengelolaan kelas dalam PAIKEM perlu mempertimbangkan enam  elemen Constructivist Learning Design (CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon  and Collay, yaitu situation, groupings, bridge, questions, exhibit, and  reflections. Situation, terkait dengan hal-hal berikut; apa tujuan  episode pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah  siswa keluar ruangan kelas, bagaimana mengetahui bahwa siswa telah  mencapai tujuan, tugas apa yang diberikan kepada siswa untuk mencapai  tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as a process of solving  problems, answering question, creating metaphors, making decisions,  drawing conclusions, or setting goals).
Grouping, dapat dilakukan berdasarkan  karakteristik siswa atau didasarkan pada karakteristik materi. Bridge,  terkait dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara  pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru  yang akan dibangun siswa.
Question, pertanyaan apa yang dapat  membangkitkan tiap elemen desain (panduan pertanyan apa yang dapat  mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan membangun jembatan),  pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk menengetahui cara  berpikir dan aktivitas belajar siswa.
Exhibit,  bagaimana siswa merekan dan  memamerkan kreasi mereka melalui demonstrasi cara berpikir mereka dalam  menyelesaikan dan atau memenuhi tugas.
Reflections, bagaimana siswa melakukan  refleksi dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang  (feeling, images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan  konsep yang akan dibawa siswa setelah keluar kelas
Catatan : pengembangan model pembelajaran selalu didasarkan  pada          :
1.      Pendekatan pembelajaran
2.      Sifat ilmu dan materi
3.      Kondisi belajar
4.      Kondisi sarana dan  prasarana dan media pembelajaran
5.      Situasi lingkungan pada  umumnya
A.  Implementasi Model Pembelajaran PAIKEM 
1.  Desain  Pesan Pembelajaran PAIKEM
Kata desain menunjukkan adanya  suatu proses dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, desain pesan sengaja  dilakukan mulai dari analisis masalah pembelajaran hingga pemecahan  masalah yang disumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan  dapat dalam bentuk prototipe, naskah atau stori board, dan sebagainya.
Mengenai  desain pesan, desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk  fisik dari pesan atau informasi. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip  perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk  fisik dari pesan atau informasi, agar terjadi komunikasi antara pengirim  dan penerima. Fleming dan Levie (dalam Seel&Richie,1994) membatasi  pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku  kognitif, afektif, dan psikomotor. Desain pesan berurusan dengan tingkat  paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan,  halaman dan layar secara terpisah.
Karakteristik lain dari desain  pesan adalah bahwa desain pesan harus bersifat spesifik baik terhadap  medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa  prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung apakah medianya  bersifat statis, dinamis atau  kombinasi dari keduanya, misalnya suatu  potret, film, atau grafik komputer. Juga apakah tugas belajarnya berupa  pembentukan konsep atau sikap, pengembangan ketrampilan atau strategi  belajar, ataukah menghafalkan informasi verbal.
2.  Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran
Berdasarkan pada pembahasan tentang  teori-teori belajar kognitif dan teori pemrosesan informasi serta teori  komunikasi, dapat dikembangkan beberapa prinsip yang dapat dijadikan  pedoman dalam kegiatan desain pesan pembelajaran. Ada lima prinsip utama  desain pesan pembelajaran yaitu:
a . Prinsip kesiapan dan motivasi
Prinsip  ini mengatakan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran siswa/peserta  belajar memilki kesiapan seperti kesiapan mental, serta kesiapan fisik  dan motivasi tinggi, maka hasil belajar akan lebih baik..
Kesiapan  mental diartikan sebagai kesipan kemampuan awal, yaitu pengetahuan yang  telah dimiliki siswa belajar yang dapat dijadikan pijakan untuk  mempelajari materi baru. Oleh sebab itu, dalam menyusun desain pesan,  guru harus lebih dahulu mengetahui kesiapan siswa melalui tes penjajagan  atau tes prasayarat belajar yang diberikan pada siswa. Jika diketahui  pengetahuan awal siswa belum mencukupi, maka dapat diadakan  pembekalan/matrikulasi.
Sedangkan kesiapan fisik, berarti  bahwa siswa dalam melakukan kegiatan belajar tidak mengalami kekurangan  atau halangan, sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses  dan hasil belajar. Misalnya untuk belajar musik siswa tidak boleh  terganggu pendengarannya. Sedangkan motivasi adalah merupakan dorongan  yang menyebabkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.  Dorongan itu bisa berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi  siswa untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya.  Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru berupaya  mendorong motivasi siswa dengan menunjukkan pentingnya mempelajari pesan  pembelajaran yang sedang dipelajari.
b.  Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian
Prinsip  ini mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa/si  belajar terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil  belajar akan semakin baik. Perhatian memegang peranan penting dalam  kegiatan belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar  akan semakin baik pula.
Cara-cara yang dapat digunakan  untuk mengarahkan perhatian siswa antara lain:
1)     Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa
2)     Menggunakan alat pemusat perhatian seperti peta konsep, gambar, bagan,  dan media-media pembelajaran visual lainnya.
3)     Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan  topik-topik yang sudah dipelajari.
4)    Menggunakan musik penyeling
5)     Mencipatakan suasana riang
6)    Teknik penyajian yang  bervariasi
7)    Mengurangi bahan/matteri yang tidak relevan
c . Prinsip partisipasi aktif siswa
Meliputi  aktifitas, kegiatan, atau proses mental, emosional maupun fisik. Contoh  aktifitas mental misalnya mengidentifikasi, membandingkan,  menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk aktifitas  emosional misalnya semangat, sikap, positif terhadap belajar, motivasi,  keriangan, dan lain-lain. Contoh aktifitas fisik misalnya melakukan  gerak badan seperti kaki, tangan untuk melakukan ketrampilan tertentu.
Cara-cara  yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah:
1)         Memberikan pertanyaan-pertanyaan ketika proses pembelajaran berlangsung
2)         Mengerjakkan latihan pada setiap akhir suatu bahasan
3)         Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan
4)         Membentuk kelompok belajar
5)        Menerapkan pembelajaran  kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif
d. Prinsip Umpan Balik
Umpan  balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai  keberhasilan atau kekurangan dalam belajarnya. Upaya yang dapat  dilakukan oleh guru dalam memberikan umpan balik diantaranya dengan  memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa, kemudian memberitahunya  dengan benar. Memberikan tugas, kemudian memberitahukan tugas apakah  tugas yang dikerjakan sudah benar. Kembalikan pekerjaan siswa yang telah  dikoreksi, dinilai, atau diberi komentar/catatan oleh guru.
e. Prinsip Perulangan
Mengulang-ulang  penyajian informasi atau pesan pembelajaran. Proses penguasaan materi  pembelajaran atau ketrampilan tertentu memerlukan perulangan.. tidak   adanya perulangan akan mengakibatkan informasi atau pesan pembelajaran  tidak bertahan lama dalam ingatan, dan informasi tersebut mudah  dilupakan.
Upaya mengulang informasi dapat dilakukan dengan  cara yang sama dan dengan media yang sama. Misalnya media kaset diputar  berulang-ulang, membaca buku dua atau tiga kali. Perulangan dapat juga  dengan cara dan media yang berbeda pula. Misalnya setelah mendengar  metode ceramah, siswa diminta untuk membaca buku dengan topik yang sama.  Penggunaan epitome, advance organizer, rangkuman, atau kesimpulan.
3.  Aplikasi Desain Pesan dalam Kegiatan Belajar Mengajar PAIKEM
Terjadinya  belajar dilihat dari adanya perbedaan kecakapan seseorang antara  sebelum dan sesudah mengalami dan berada dalam situasi belajar tertentu.  PAIKEM memungkinkan pebelajar memperoleh kemampuan berdasarkan teori  Gagne yaitu ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi  kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Berikut akan dijelaskan  masing-masing  defini kemampuan tersebut,dan pengintregasian prinsip  desain dengan pendekatan PAIKEM akan dijelaskan dalam matrik.
Ketrampilan  Intelektual yang dimaksud ketrampilan intelektual adalah kemampuan  untuk menggunakan lambang-lambang seperti bilangan, bahasa, dan  lambang-lambang lainnya yang mewakili benda-benda nyata pada lingkungan  individu. Ketrampilan intelektual dibagi menjadi empat kategori yaitu  diskriminasi,konsep,aturan dan pemecahan masalah.
Diskriminasi  adalah kemampuan untuk memberi respon yang berbeda terhadap stimuli  yang berbeda satu dengan yang lain menurut satu dimensi fisik atau  lebih. Konsep adalah kemampuan yang memungkinkan individu untuk  mengidentifikasi stimulus yang mempunyai karakteristik walaupun  stimulinya berbeda secara menyolok. Aturan adalah subyek dapat merespon  hubungan dan kesatuan obyek. Pemecahan masalah aturan-aturan yang lebih  komplek untuk memecahkan masalah.
Strategi kognitif meliputi  kemampuan yang dipergunakan untuk mengelola proses perhatian belajar,  mengingat, dan berfikir. Kemampuan informasi verbal terkait dengan  mempelajari fakta-fakta, mempelajari serangkaian informasi yang  terorganisasikan. Ketrampilan sikap adalah keadaan internal yang komplek  yang mempengaruhi pemilihan tingkah laku itu sendiri. Ketrampilan  motorik adalah kemampuan yang dipelajari untuk melakukan kecakapan yang  hasilnya dicerminkan oleh adanya kecakapan, ketepatan, dan kelancaran  gerakan tubuh.
4.  Penilaian Hasil Belajar.
Sebuah  pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah ”Penilaian Mendorong  Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk mempersiapkan sebuah  tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna  mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau  sekolah? Dalam pelaksanaan konsep PAIKEM, penilaian dimaksudkan untuk  mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses  maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses  dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama  mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output)  adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi  dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum.  Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus  dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling  sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja  melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan sifat  obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma  (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian  alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan  pembelajaran Model PAIKEM
Media dan bahan ajar. ”Media dan  Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses  pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di  antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka  di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’  yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada  korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan  keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu  penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah  kurangnya media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah  sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar  bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!.
Dalam  pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan  aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar  alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki  relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa.  Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi  tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan  nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media  pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya,  seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku  kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi  dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Media  simulasi untuk pembelajaran PAKEM tidak selalu harus dibeli jadi,  tetapi dirancang bisa dirancang oleh seorang guru mata pelajaran  sendiri. Guru dituntut lebih kreatifdan memiliki kesempatan untuk  mengembangkan ide dan inofatifnya.. Jadi, model ’pembelajaran aktif,  kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM  itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada  produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi  yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam  merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.
Dalam  merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk  diperhatikanoleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya  belajar individu peserta didik, seperti dalam pendekatan ’Quantum  Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus  memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang  menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup  representatif digunakan adalah media elektronik (Computer – Based  Learning). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan  sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini  dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis  dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu  dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata  pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana  ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu  langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata  pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan  demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran  tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
5.  Jenis Penilaian Sesuai Dengan Pembelajaran Model PAIKEM
1).     Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model Pakem adalah  penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru  tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh  peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,  membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran  telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
2.)  Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk:
(a)  Menilai Kemampuan Individual melalui tugas tertentu;
(b)  Menentukan kebutuhan pembelajaran;
(c) Membantu dan mendorong siswa;
(d)  Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (e)  Menentukan strategi pembelajaran;
(f) Akuntabilitas lembaga; dan
(g)  Meningkatkan kualitas pendidikan.
3). Bentuk penilaian tes dapat  dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk  penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis,  kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
4.)   Dalam pembelajaran, dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini  seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap  jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain  keunggulan.
6.  Tujuan Penilaian Pembelajaran Model PAIKEM
1).  Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
2).  Menentukan kebutuhan pembelajaran
3). Membantu dan mendorong siswa
4).  Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
5).  Menentukan strategi pembelajaran
6). Akuntabilitas lembaga
7).  Meningkatkan kualitas pendidikan
B.  Merancang Dan Malaksanakan Penilaian Pembelajaran Model PAIKEM
1.  Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelajaran  tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan metode yang  dilaksanakan dalam pembelajaran.
2. Dalam pembelajaran dengan  pendekatan model Paikem, penilaian dirancang sebagaimana dengan  penilaian otentik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, guru  selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat  yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Langkah yang dilakukan dalam penyusunan :
            Menyusun pola  paduan untuk pelaksanaan model pembelajaran yang akan dikembangkan,  komponennya meliputi :
1.      SINTAKMATIK
Ø  Penyusunan sumber belajar
Memilih bacaan seperti LKS atau paket yang  dapat dipelajari untuk belajar dan membantu menyelesaikan permasalahan  yang terkait tentang suhu
Ø  Indikator yang diterapkan  :
a.       Mendefinisikan suhu
b.      dapat menyebutkan alat  yang digunakan untuk mengukur suhu
c.       menyebutkan jenis – jenis  termometer
d.      mengkonversi satuan
e.       merumuskan dan menghitung  konversi suhu
Ø  jumlah siswa
jumlah siswa 25 orang, lebih efektif  daripada siswa banyak
Ø  penyusunan persiapan  untuk pelaksanaan model
a.       menyusun rencana program  pengajaran dengan model
b.      mempersiapkan sarana –  prasarana pendukung pelaksanaan 
c.       penyusuunan instrumen  evaluasi (kontrol) untuk proses dan hasil KBM
2.      SISTEM SOSIAL
a.       siswa diharapkan aktif  dalam pembelajaran sehingga apa yang disampaikan oleh guru bisa dipahami  dengan mudah
b.      siswa diharapakan tidak  bosan dan menyenangkan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
c.       para siswa diharapkan  lebih senang belajar fisika karena guru telah menerapkan model PAIKEM  dengan baik dan benar
d.      siswa diharapkan  kreatif,inovatif dalam belajar
3.      PRINSIP REAKSI 
a.       Guru menjelaskan tentang  tata carapembelajaran yang akan dilaksanakan untuk menelaah materi “  suhu”
b.      Guru menjadikan para  siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajarberlangsung, dengan cara  memberikan soal  mengenai suhu
c.       Megu dapat melahirkan  siswa yang kreatif sehingga guru tidak sepenuhnya sebagai sumber materi,
d.      Guru memberikan  pamantapan materi
4.      SISTEM PENDUKUNG
Model PIKEM dalam pelaksanaanya ditekankan  pada langkahnya oleh karena itu sistem pendukungnya adalah :
a.       Kelas yang dapat  digunakan
Kelas yang digunakan dalam pelaksanaan model pembelajaran ini  seharusnya cukup luas dan suhu pada ruangan tidak panas dan lingkungan  disekitar kelas hijau, sehingga PAIKEM dapat terlaksana dengan baik
b.      Sumber belajar 
Guru hanya memberikan 70% materi dan  selanjutnya siswa yang mencari sendiri, atau dengan mencari di internet,  buku dll, sehingga siswa aktif dan kreatif yang akan munculnya suatu  inovatif dan hal ini sangat menyenangkan bagi siswa
c.       Media penunjang
Ø  Viewer dan komputer untuk  sarana belajar
Ø  Alat tulis
5.      DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN  PENGIRING
ü  Dampak instruksional
Setelah mengikuti pembelajaran “ suhu”  siswa diharapkan :
1)      Menunjukkan alat yang  digunakan untuk mengukur suhu
2)      Dapat menyebutkan jenis –  jenis skala pada suhu
3)      Dapat mengonversi satuan  suhu
4)      Dapat merumuskan  serta  mengitung suatu skala pada suhu
ü  Dampak pengiring
Setelah mengikuti mengikuti  pembelajaran  konsep tentang “suhu” siswa mampu :
1.      Menjelaskan materi  tentang suhu
2.      Aktif dalam pembelajaran  berlangsung dan aktif dalam belajar
3.      Kreatif dalam mengerjakan  soal maupun dalam belajar
4.      Menjadikan suasana  menjadi menyenangkan 
